masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan

Kamis, 21 Juni 2012

DESA, suatu kata yang memang sangat sering kita dengar, baik mereka yang menetap di kota, apabila bagi orang desa sendiri.Tiap hari, radio, TV,koran,majalah mengunjungi desa-desa  dari seluruh pojok tanah air, pulangnya mereka membawa oleh-oleh yang berbagai macam. Ada yang menggembirakan dan tak jarang pula yang memprihatinkan.

Desa merupakan tumpuan harapan terutama apabila ada kebutuhan yang mendesak. Rakyat Indonesia didesa mayoritas, kata orang sampai 80 %. Itulah sebabnya mengapa mereka jadi tenaga raksasa pembangunan Indonesia. Dimasa PKI rakyat desa digodok supaya menjadi pendukung Komunis yang setia. Dimasa Jepang rakyat desa dikerahkan oleh tentara Nippon bekerja di proyek2  jalan raya, bikin landasan pesawat terbang. Beribu-ribu jiwa rakyat desa terkorban akibat kerja paksa si Nippon itu.

Penghidupan Di Desa Dan Problemanya

Berbicara tentang masalah desa, terbayang dipikiran kita akan suatu horizon atau sekop jangkauan yang maha besar. Bumi Indonesia yang sangat luas, yang terdiri dari beribu  pulau, dimana disetiap pulau terbentanglah “Inti tempat kediaman manusia Indonesia”  yang berpuluh ribu jumlahnya, inti yang penulis maksudkan adalah desa-desa tercinta.
Menurut penelitian yang seksama tahun 1977/1978 bahwa jumlah desa untuk seluruh Indonesia sebanyak 60.415 buah dengan nama, susunan, struktur, adat-istiadat, potensi dan kemampuan yang beraneka ragam serta tipologi dan pemukiman penduduk yang berbeda-beda. Walaupun pada pandangan umum bahwa kehidupan rakyat desa hanya bertani tapi dari bidang lain mereka juga usahakan. Dari data-data yang telah ada bahwa diperkirakan 63% penduduk desa bekerja di sektor pertanian, 11% di sektor perdagangan, 10% disektor jasa, 7% disektor industri dan selebihnya di sektor lainnya.

Problema desa lainnya adalah lokasi atau letak desa yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada desa yang lokasinya dekat dengan pusat-pusat kota yang otomatis memiliki fasilitas yang relative baik (21%) sedangkan persentase yang besar lagi terletak jauh dari pusat-pusat kota (79%) dan bahkan ada desa yang terisolir sekali.

Daerah pedesaan pada hakikatnya merupakan sumber kebutuhan pokok rakyat Indonesia. Tetapi perkembangan desa itu sendiri banyak bergantung pada keadaan dan tersedianya sumber didesa itu sendiri. Sumber yang ada didesa pada umumnya tersedia antara lain: tanah, tetumbuhan, hewan, air, angin, sinar matahari.

Segala sumber itu juga harus diolah lagi yang bergantung pula pada faktor-faktor sebagai berikut: letak geografis daerah pedesaan, situasi dan kondisi serta pertumbuhan kehidupan sosial budaya masyarakat jumlah penduduk dan penyediaan tenaga kerja, pendidikan rata-rata penduduk, keadaan prasarana produksi, keterampilan dan mobilitas masyarakat, di samping sikap dan kesediaan masyarakat untuk menerima ide-ide pembangunan itu sendiri. Interaksi antara sumber dan faktor-faktor yang tersebut di atas akan menentukan corak dan wajah dari suatu desa, namun terlepas dari semua yang tersebut di atas. Tingkah laku masyarakat dan sikapnya terhadap lingkungannya di dalam mengelola sumber-sumber tadi kebutuhan hidupnya dan menentukan pula pencapaian tujuan pembangunan.

Desa menawarkan banyak ruang untuk taman-taman dan pohon-pohon, untuk bermain anak-anak dan hewan peliharaan. Masyarakat pedesaan yang bersih. Udara bebas dari kabut asap dan polusi kimia, serta polusi suara dan visual. Malam menawarkan pemandangan bintang-bintang cemerlang yang tak terlihat dalam batas-batas lampu-lampu kota.

Dalam hal lingkungan masyarakat, gaya hidup pedesaan menawarkan semangat kerjasama dan perasaan keamanan yang jarang ditemukan di kota yang ramai. Orang mengenal satu sama lain dan saling menjaga satu sama lain. Anak-anak lebih aman dan bebas untuk bersenang-senang di luar rumah, ada pohon-pohon untuk naik, ladang untuk berjalan-jalan, sungai-sungai untuk direnangi, dan anak-anak bisa berteriak-teriak sekeras mereka suka.

Keuntungan besar lainnya dari kehidupan pedesaan adalah bahwa ada lebih banyak kesempatan untuk keterlibatan pribadi dalam masyarakat. Karena itu, warga memiliki kesempatan yang lebih besar agar pendapat dan pandangan mereka didengar dan dipertimbangkan. Hal ini memungkinkan setiap penduduk merasa punya kontrol atas masyarakat mereka secara langsung. Dalam masyarakat pedesaan, suara anda didengar dan pendapat Anda diperhitungkan.

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri kehiupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.


     Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbstas pada aspek-aspek sepertin pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi. Orang-orang kota sudahmemandang penggunaan kebutuhan hidup, artinya oleh hanya sekedarnya atau apa adanya. Hal ini diseabkan oleh karena pandangan warga kota sekitarnya. Kalau menghidangkan mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu misalnya, diusahakan menghidangkan makanan-makanan yang ada dalam kaleng. Pada orang desa ada kesan, bahwa mereka masak makanan itu sendiri tanpa memperdulikan    apakah tamu-tamunya suka atau tidak. Pada orang kota, makanan yang dihidangkan harus kelihatan mewah dan tempat penghidanganya juga harus mewah dan terhormat. Disini terlihat perbedaan penilaian. Orang desa memandang makanan sebagai suatu alat untuk memenuhi kebutuhan biologis, sedangkan pada orang kota, makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial. Demikian masalah pakaian, orang kota memeandang pakaian pun sebagai alat kebutuhan sosial, bahkan  yang dipakai  merupakan perwujudan dari kedudukan sosial.

NB : TULISAN INI SUDAH DI TAMBAH DENGAN PEMIKIRAN SAYA
Sumber :


PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

Rabu, 20 Juni 2012


PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untu menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu.

Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya ikatan itu. Paa diri setiap anggota terkandugn makna adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab paa setiap sikap tindak baik megnarah kepada yang hang positif maupun negative. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi.

A.   PRASANGKA
·            Pengertian Prasangka
Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation. Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk di dalamnya para anggotanya.

Beberapa ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :

1. Feldman (1985)
Prasangka sosial adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu yang hanya didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok itu.

2. Mar’at (1981)
Prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative tetapi dugaan itu lebih bersifat negative.

3. Kimball Young
Prasangka adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya ingroup dan outgroup.

4. Sherif and Sherif
Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari norma mereka yang pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya.
Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut mempunyai kecenderungan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.

B.    DISKRIMINASI
·            Pengertian Diskriminasi
Diskriminasi ialah perlakuan pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik yang lain.

·            Penyebab timbulnya Diskriminasi
- Diskriminasi timbul akibat dari latar belakang sejarah.
-Diskriminasi timbul akibat Perkembangan sosio-kultural dan situasional.
-Diskriminasi bersumber dari factor kepribadian.
-Diskriminasi timbul akibat perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.

·            Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan diskriminasi
- Perbaikan kondisi sosial ekonomi
- Perluasan kesempatan belajar
- Sikap terbuka dan sikap lapang

·            Contoh Kasus Diskriminasi
Seorang anak pengusaha kaya serba di “anak emaskan” di sekolahnya dan serba di dahulukan ketimbang anak seorang yang biasa biasa saja.

C.    ETNOSENTRISME
·            Pengertian Etnosentrisme
 Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri  sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang bersifat universal dan secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian etosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan budaya yang satu dan yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar ideologi dari chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap bangsanya ( Jerman ) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.

Baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa dibilang merupakan bagian dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita hindari karena dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa kita.

·            Etnosentrisme memiliki 2 tipe :

-Etnosentrisme Fleksibel
           Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.

-Etnosentrisme Infleksibel
          Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.


SUMBER :


PELAPISAN SOSIAL DAN PERSAMAAN DERAJAT

Selasa, 19 Juni 2012


PELAPISAN SOSIAL DAN PERSAMAAN DERAJAT

A.   PELAPISAN SOSIAL
·            Pengertian Pelapisan Sosial
      Kata stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan.
Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam masyarakat.
Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di kelas tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatuyang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang.

·            Aspek Positif dan Negatif
Aspek Negatif
Beberapa aspek yang akan timbul akan menimbulkan kesenjangan sosial dan diskriminasi, aspek negatif ini bisa saja terjadi pada daerah-daerah pedesaan, pasalnya pedesaan yang umumnya petani akan senantiasa lebih dikuasai oleh tengkulak-tengkulak yang memainkan harga pasar yang cenderung seringkali merugikan para petani, contohnya para petani daun bakau untuk pembuatan rokok, harga bakau harus ditentukan oleh tengkulak yang sudah bekerja sama dengan produsen rokok yang telah memiliki nama. Tingkatan ekonomi lah yang membuat stratifikasi sosial ini muncul, belum lagi karena jabatan dan tingkat pendidikan.

 Aspek Positif
Aspek lain dari pelapisan sosial ini bisa saja menjadi hal yang menguntugkan bagi sebagian orang, aspek positif ini dapat kita jumpai di berbagai tempat contohnya jika kita seorang pejabat pemerintah kita mungkin akan sedikit lebih mudah dalam urusan birokrasi, karena adanya bantuan orang dalam yang memiliki jabatan. Plapisan sosial di pedesaan mungkin akan menimbulkan hal baik bagi para pencari modal apabila seseorang yang memilik tingkat ekonomi menengah ke atas berpendidikan tinggi juga mempunyai jabatan dapat bekerja sama dengan masyarakat ke bawah untuk saling membantu dengan mendirikan koperasi kecil-kecilan dengan modal yang sudah di danai oleh orang yang mempunyai pengaruh kuat di daerah itu.

·           Terjadinya Pelapisan Sosial
1.     Terjadi dengan sendirinya (tidak disengaja)
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyrakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya, pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.
Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada sesuatu strata atau pelapisan adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau kerabat pembuka, tanah, seseorang yang memiliki bakat seni atau sakti.

2.     Terjadi dengan disengaja
System pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam system pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaan ini maka di dalam organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi baik secara vertical maupun secara horizontal.

B.  PERSAMAAN DERAJAT
·            Pengertian Persamaan Harkat/Derajat
Persamaan harkat adalah persamaan nilai, harga, taraf yang membedakan makhluk yang satu dengan makhluk yang lain. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibekali cipta, rasa, karsa dan hak-hak serta kewajiban azasi manusia. Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat. Sedangkan derajat kemanusiaan adalah tingkatan, martabat dan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan kodrat, hak dan kewajiban azasi.

Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang harus mengakui serta menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan martabat manusia. Sikap ini harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan, baik dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan maupun di lingkungan pergaulan masyarakat. Manusia dikarunian potensi berpikir, rasa dan cipta, kodrat yang sama sebagai makhluk pribadi (individu) dan sebagai makhluk masyarakat (sosial).

Negara Indonesia yang kita cintai ini memiliki landasan moral atau hukum tentang persamaan derajat.
  1. Landaasan Ideal: Pancasila
  2. Landasan Konstitusional: UUD 1945 yakni:
    1. Pembukaan UUD 1945 pada alenia ke-1, 2, 3, dan 4
    2. Batang Tubuh (pasal) UUD 1945 yaitu pasal 27, ps. 28, ps. 29, ps. 30, ps. 31, ps. 32, ps.33, dan ps. 34 lihat amandemennya.
  3. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN.
·            ELITE DAN MASSA
1).Elite
        Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial. Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan antara lain:

a. Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan proses kehidupan masyarakat secara keselruruhan
b. Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan yang baik
c. Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang besar
d. Imbalan yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaan dan usahanya

2). Massa
       Istilah massa digunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spontan yang dalam beberapa hal menyerupai crowd. Terdapat beberapa hal yang penting sebagai ciri-ciri yang membedakan didalam massa:

1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial
2. Massa merupakan kelompok yang anonim
3. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antar anggota-anggotanya
4. Very loosely organized.



SUMBER :
Ø http://raullycious.wordpress.com/2011/11/22/pengertian-pelapisan-sosial-dan-aspek-aspek-positif-dan-negatif-dari-sistem-pelapisan-sosial/
Ø http://ayups.blogspot.com/2011/11/pelapisan-sosial-kesamaan-derajat.html
Ø http://www.menu.sman3-kag.sch.id/onnet/onnet3/content/ppkn1.htm
Ø http://siezwoyouye.blogspot.com/2012/06/pelaspisan-sosial-dan-persamaan-derajat.html
 

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN


ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

A.  ILMU PENGETAHUAN
·            Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru menyeluruh melalui Renaissance, Abad Kebangkitan.

Pengertian lain dari Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.

Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif di perlukan sikap yang bersifat ilmiah. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal :
a.       Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b.      Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang di hadapi supaya di dukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c.       Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat di ubah maupun terhadap alat indera dan budi yang di gunakan untuk mencapai ilmu.
d.      Merasa pasti terhadap setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk di buktikan kembali.


B.  TEKNOLOGI
·            Pengertian teknologi
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Meskipun demikian, penemuan yang sangat lama seperti roda juga disebut sebuah teknologi.

Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.


C.   KEMISKINAN
·            Pengertian Kemiskinan
     
      Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang mendasar yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia dewasa ini. Hal tersebut ditandai dengan adanya berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan diri si miskin.

Kemiskinan sebagai suatu kondisi/keadaan yang bisa dicirikan dengan :
a.   Kelaparan/ kekurangan makan dan gizi.
b.  Pakaian dan perumahan yang tidak memadai.
c.   Tingkat pendidikan yang rendah.
d.  Sangat sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang pokok.

Kemiskinan menurut Drewnowski
Drewnowski (Epi Supiadi:2003) mencoba menggunakan indikator-indiktor sosial untuk mengukur tingkat-tingkat kehidupan (the level of living index). Menurutnya terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang :
a.   Kehidupan fisik dasar (basic fisical needs), yang meliputi gizi/ nutrisi, perlindungan/ perumahan (shelter/ housing) dan kesehatan.
b.  Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi pendidikan, penggunaan waktu luang dan rekreasi dan jaminan sosial (social security).
c.   High income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi takarannya.

Lingkaran Setan Kemiskinan


·            Penyebab Kemiskinan
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam dua hal berikut ini :
1.          Faktor Internal (dari dalam diri individu)
Yaitu berupa kekurangmampuan dalam hal :
a.      Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.
b.      Intelektual misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangtahuan informasi.
c.       Mental emosional misalnya malas, mudah menyerah, putus asa temperamental.
d.      Spritual misalnya tidak jujur, penipu, serakah, tidak disiplin.
e.      Sosial psikologis misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/ stres, kurang relasi, kurang mampu mencari dukungan.
f.       Ketrampilan misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja.
g.      Asset misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2.          Faktor Eksternal (berada di luar diri individu atau keluarga)
Yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain
a.      Terbatasnya pelayanan sosial dasar.
b.      Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah.
c.      Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal.
d.      Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak endukung sektor usaha mikro.
e.      Belum terciptanya sistim ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.
f.       Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal seperti zakat.
g.      Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (structural Adjusment Program/ SAP).
h.      Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.
i.        Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.
j.       Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.
k.      Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.
l.        Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

SUMBER :
Ø     http://www.hidayatullah.com/read/11726/14/05/2010/pengertian-ilmu-pengetahuan.html 
Ø    http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=ilmu%20pengetahuan%20teknologi%20dan%20kemiskinan&source=web&cd=2&ved=0CFwQFjAB&url=http%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Fmkdu_isd%2Fbab8-ilmu_pengetahuan_teknologi_dan_kemiskinan.pdf&ei=pejdT46kAorUrQfAtoC5DQ&usg=AFQjCNHtF7Ry0CSjgU2aeN4nnHJDJWVVjQ&cad=rja
Ø    http://cahyamenethil.wordpress.com/2011/01/06/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
Ø     http://ichwanmuis.com/?p=1339